Saturday, October 20, 2007

SOLUSI KECEMBURUAN SOSIAL


Suasana hari itu tampak sejuk. Tidak terlalu panas dan juga tak terlalu dingin. Kesejukan ini seakan turut memberi warna pada acara bedah buku "Manajemen Zakat" yang diadakan di KBRI Islamabad. Sebuah buku karya mahasiswa Indonesia di Islamabad kolaborasi Bang Hendri Tanjung dan Kang Evi Hanafiah.

Tampak terlihat, komponen staf KBRI yang berperan sebagai pemegang amanah harta –karena telah bekerja- banyak yang berhalangan hadir saat acara tersebut. Entah apa motif dibalik hal tersebut, apakah karena minimnya antusias mereka untuk menjadi Muzakki? Atau karena masalah zakat adalah masalah sepele yang tak perlu dicermati dan diperhatikan? Entahlah… semoga perkiraan yang salah dari seorang hamba yang mengira-ngira. Tetapi syukurnya, minimnya kehadiran tersebut tidaklah memberi pengaruh yang signifikat terhadap jalannya acara promosi rukun Islam yang keempat ini.

Rukun Islam yang satu ini memang sering diremehkan oleh mayoritas kaum muslim. Mereka banyak melupakan betapa urgennya kedudukan zakat ini dalam kehidupan sosial kita. Tak heran bila banyak ulama yang lebih disibukkan dengan hal halal dan haram, sedang masalah zakat tidak masuk prioritas kampanye Islami mereka. Padahal masalah zakat juga tak kurang pentingnya. Bahkan begitu banyak ayat Quran yang menyetarakan perintah shalat bersamaan dengan zakat. "Dan dirikanlah Shalat dan tunaikanlah Zakat".

Zaman yang serba modern ini memang sulit untuk menemukan sosok sahabat Abu Bakar ra, yang dengan gigihnya berusaha memerangi mereka yang menolak zakat atau yang membedakan kewajiban shalat dan zakat. Kalaupun ada, alangkah banyaknya golongan yang layak dilibas dengan pedang Abu Bakar ra. Masya Allah.

Ada sebuah istilah yang kerap kita dengar; zakat sebagai upaya "pengentaskan kemiskinan" yang diartikan menghapuskan kemiskinan dari muka bumi. Terdetik dalam benak dan pikiran kita, apa iya kemiskinan dapat dihapuskan, sedangkan kemiskinan adalah sunatullah yang mesti ada seiring adanya kehidupan. Yang paling tepat bukanlah menghapuskan hakikat kemiskinan itu, tetapi mengurangi kemiskinan dan pengangguran.

Konsep terpenting dari zakat pada intinya adalah bagaimana mendidik para aghniyaa (orang-orang kaya) agar mempunyai kepedulian dan tanggungjawab sosial terhadap mereka yang diuji Allah dengan kemiskinan. Supaya mereka tetap bersabar dalam penderitaan dan tidak terjebak godaan dunia yang dapat memaksakannya berpaling kepada kekufuran.

Firman Allah: "Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka, dan berdoalah untuk mereka, sesungguhnya doamu akan memberikan ketentraman jiwa kepada mereka (orang-orang yang berzakat itu) dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui." (QS. At-Taubah: 109).

Membersihkan dalam ayat diatas memberi makna bahwa zakat dapat membersihkan hati orang-orang yang berzakat dari kekikiran dan cinta berlebihan terhadap harta benda. Karena cinta terhadap harta dan diri sendiri dapat bisa mengakibatkan seorang muslim jatuh ke jurang kehancuran. Sebagaimana sabda Rasulullah saw, "tiga perkara yang akan merusak jiwa; sifat kikir yang dituruti, hawa nafsu yang diperturutkan, dan kekaguman berlebihan terhadap diri sendiri". (HR. Thabrani).

Tak berlebihan jika seorang muslim yang mampu melepaskan dirinya dari sifat ini dikategorikan Allah sebagai orang yang beruntung. "Dan barangsiapa yang dipelihara Allah dari sifat kikir, mereka itulah orang-orang yang beruntung". (QS.59:9). Itulah salah satu bentuk tazkiyatun nafs (pembersihan jiwa) yang ingin diwujudkan Islam melalui zakat.

Namun, hal paling penting bagi kita saat ini adalah fungsi sosial dari zakat itu sendiri. Yaitu, menghilangkan jurang pemisah antara si kaya dan si miskin. Karenanya, Islam juga menganjurkan kepada para penerima zakat untuk mendoakan mereka yang mengeluarkan zakat. Imam Syafi'I mengajarkan doa bagi mereka yang menerima zakat dengan mengucapkan: "Semoga Allah memberi pahala kepadamu, dan menjadikannya (zakat ini) sebagi pembersih hartamu, dan semoga Allah memberi berkah atas harta-harta yang tersisa".

Zakat merupakan salah satu solusi menghilangkan kecemburuan sosial untuk menumbuhkan simpati dan cinta mereka yang nasibnya kurang beruntung. Inilah yang dimaksudkan Rasulullah saw dalam hadistnya, "Hati manusia itu dibuat tertarik untuk mencintai orang yang berbuat baik kepadanya, dan membenci siapa saja yang berbuat jahat kepadanya" (HR. Ibnu 'Adi dan Abu Nu'aim).

Zakat adalah salah satu wujud solidaritas sosial yang sangat harmonis lantaran dibangun atas dasar takwa dan cinta kepada Allah. Rasa solidaritas tersebut bisa menyatukan hati si miskin dan si kaya dalam arti sesungguhnya. Bukan atas dasar dan motif dunia palsu, yang semu, menipu dan melenakan. Kita yakin, jika salah satu rukun Islam ini dilaksanakan dengan baik, tak akan ada lagi kesenjangan dan kecemburuan sosial di antara anggota masyarakat kita. Yang tercipta justru keamanan, kedamaian dan ketentraman sebagaimana yang terjadi di masa Rasulullah, Khulafaur Rasyidin dan Umar bin Abdul Aziz. Semoga.



Islamabad, 29 September 2007
Tuk seluruh sahabat-sahabatku calon muzakki di bumi Ilahi

No comments: